Dekarbonisasi Indonesia: Mobil Listrik Bukan Satu-satunya Solusi
Pakar ekonomi dan perbankan, Cyrillus Harinowo, dalam bukunya "Multi-pathway for Car Electrification," menantang anggapan umum bahwa mobil listrik merupakan satu-satunya jalan menuju dekarbonisasi Indonesia. Ia berpendapat bahwa pendekatan multi-teknologi lebih efektif untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 dan Nationally Determined Contribution (NDC) tahun 2030.
Mengapa Mobil Listrik Bukan Satu-satunya Jawab?
Meskipun awalnya menganggap mobil listrik sebagai solusi sempurna untuk dekarbonisasi sektor otomotif, riset mendalam Cyrillus mengungkapkan potensi besar teknologi rendah emisi lainnya. Ia menekankan peran penting kendaraan Low Cost Green Car (LCGC), mobil hybrid, dan mobil flex-fuel dalam upaya mengurangi emisi karbon di Indonesia. Buku setebal hampir 300 halaman ini mengulas tren teknologi otomotif global, termasuk Battery Electric Vehicle (BEV), dan strategi pengurangan emisi karbon secara komprehensif.
Strategi Multi-Teknologi untuk Dekarbonisasi Indonesia
Inspirasi buku ini muncul dari kebijakan larangan penjualan mobil konvensional di Inggris pada tahun 2030. Cyrillus menyadari perlunya strategi yang lebih realistis untuk Indonesia, mengingat keterbatasan infrastruktur dan kesadaran masyarakat terhadap isu dekarbonisasi. Buku ini menganalisis berbagai strategi global, termasuk pengalaman negara-negara maju dan berkembang dalam mengurangi emisi dari sektor transportasi.
Cyrillus mencontohkan bagaimana mobil listrik, meskipun nol emisi saat digunakan, masih berkontribusi pada emisi karbon jika energi listriknya berasal dari sumber fosil, seperti yang masih terjadi sebagian besar di Indonesia. Oleh karena itu, diversifikasi teknologi menjadi kunci.
Alternatif Ramah Lingkungan Selain Mobil Listrik
- Mobil Hybrid (HEV) dan Plug-in Hybrid (PHEV): Sebagai langkah transisi menuju mobil listrik sepenuhnya, kendaraan hybrid menawarkan solusi yang lebih praktis dan terjangkau saat ini.
- Mobil Flex-Fuel: Terinspirasi dari keberhasilan Brasil, Indonesia dapat memanfaatkan bioetanol dari industri gula sebagai bahan bakar alternatif. Pengembangan biodiesel dan mobil flex-fuel hybrid dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
- Optimalisasi LCGC: Meningkatkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi emisi pada kendaraan LCGC dapat berkontribusi signifikan pada pengurangan emisi secara nasional.
Potensi Indonesia dalam Rantai Pasok Kendaraan Ramah Lingkungan
Indonesia memiliki potensi besar untuk menguasai rantai pasok kendaraan listrik dan mesin flex-fuel. Cadangan nikel yang melimpah dapat dimanfaatkan untuk produksi baterai kendaraan listrik. Data penjualan mobil di Amerika Serikat pada tahun 2023 menunjukkan peningkatan signifikan minat terhadap mobil hybrid, menandakan pergeseran preferensi konsumen global menuju kendaraan yang lebih ramah lingkungan.
Mencapai Target NDC 2030 dan Visi NZE 2060
Cyrillus mengakui bahwa pandangannya mungkin dianggap kontroversial, mengingat tren yang menekankan mobil listrik sebagai solusi tunggal. Namun, ia menekankan pentingnya pendekatan multi-teknologi untuk mencapai target NDC 2030 dan visi NZE 2060. Mobil non-listrik ramah lingkungan, menurutnya, masih menjadi pilihan yang layak untuk mengurangi emisi karbon hingga 50 persen pada tahun 2030.
Kesimpulan: Jalan Menuju Dekarbonisasi Indonesia yang Berkelanjutan
Buku "Multi-pathway for Car Electrification" menawarkan perspektif baru dan komprehensif tentang dekarbonisasi Indonesia. Dengan menekankan pentingnya strategi multi-teknologi, buku ini memberikan kontribusi berharga bagi perencanaan kebijakan dan inovasi di sektor otomotif, membuka jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.
Tantangan dan Peluang Dekarbonisasi di Indonesia
- Infrastruktur pengisian daya: Pengembangan infrastruktur pengisian daya yang memadai masih menjadi tantangan besar bagi adopsi mobil listrik di Indonesia.
- Ketersediaan bahan baku baterai: Meskipun Indonesia kaya nikel, perlu investasi dan pengembangan teknologi untuk memproses nikel menjadi bahan baku baterai berkualitas tinggi.
- Edukasi dan kesadaran masyarakat: Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya dekarbonisasi dan teknologi ramah lingkungan sangat krusial.
- Kebijakan pemerintah yang mendukung: Pemerintah perlu merumuskan kebijakan yang komprehensif dan konsisten untuk mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan.
Dengan mengatasi tantangan-tantangan ini dan memanfaatkan peluang yang ada, Indonesia dapat mencapai target dekarbonisasi secara efektif dan berkelanjutan.