:strip_exif():quality(75)/medias/1736/b7d4f79d281add20d6a1cf0b1b6a8e4a.jpeg)
Program doktoral menawarkan kesempatan luar biasa untuk mendalami pengetahuan dan berkontribusi pada bidang tertentu. Namun, perjalanan menuju gelar doktor juga dipenuhi tantangan, terutama tekanan akademik yang dapat berdampak serius pada kesehatan mental mahasiswa.
Fakta Mengejutkan tentang Kesehatan Mental Mahasiswa Doktor
Sebuah studi terbaru dari Departemen Ekonomi Universitas Lund di Swedia, yang dipublikasikan di jurnal Nature Medicine, mengungkap fakta mengejutkan tentang kesehatan mental mahasiswa doktoral. Studi ini menemukan bahwa mahasiswa doktoral memiliki tingkat penggunaan obat-obatan untuk kesehatan mental yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa pascasarjana lainnya.
Penelitian tersebut membandingkan data penggunaan obat-obatan psikiatris pada mahasiswa doktoral dan mahasiswa pascasarjana lainnya dari tahun 2006 hingga 2017. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan dalam penggunaan obat-obatan ini setelah mahasiswa memulai program doktoral. Tren ini terus berlanjut selama masa studi, dengan peningkatan sekitar 40% pada tahun kelima dibandingkan dengan tingkat penggunaan sebelum program.
Lebih jauh lagi, studi ini menunjukkan bahwa mahasiswa doktoral juga memiliki risiko lebih tinggi untuk dirawat di rumah sakit. Risiko ini meningkat hingga 150-175% setelah mereka memulai program doktoral.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Mahasiswa Doktor
Beberapa faktor berkontribusi terhadap tekanan akademik yang tinggi dan dampaknya pada kesehatan mental mahasiswa doktoral:
- Beban Penelitian yang Berat: Mahasiswa doktoral bertanggung jawab untuk melakukan penelitian independen, menulis disertasi, dan mempresentasikan hasil penelitian mereka. Tuntutan ini dapat menyebabkan stres dan kelelahan yang berlebihan.
- Persaingan yang Ketat: Lingkungan akademik yang kompetitif dapat menciptakan tekanan untuk mencapai hasil terbaik, yang dapat memengaruhi harga diri dan kesejahteraan mental.
- Ketidakpastian Masa Depan: Setelah menyelesaikan program doktoral, mahasiswa menghadapi ketidakpastian mengenai peluang karier dan masa depan mereka, yang dapat menyebabkan kecemasan dan kegelisahan.
- Kurangnya Dukungan: Beberapa mahasiswa doktoral mungkin merasa terisolasi dan kurang mendapat dukungan dari keluarga, teman, atau dosen pembimbing.
Strategi Mengatasi Tekanan Akademik dan Menjaga Kesehatan Mental
Meskipun tekanan akademik merupakan bagian integral dari program doktoral, mahasiswa dapat mengambil langkah-langkah untuk mengelola stres dan menjaga kesehatan mental mereka:
- Menerima Bantuan Profesional: Jika Anda mengalami kesulitan dalam mengelola stres atau mengatasi masalah kesehatan mental, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Kampus biasanya menyediakan layanan konseling dan terapi yang mudah diakses.
- Mencari Dukungan Sosial: Bergabung dengan kelompok studi, klub, atau organisasi terkait bidang studi Anda dapat membantu Anda terhubung dengan mahasiswa lain dan mendapatkan dukungan sosial.
- Menciptakan Keseimbangan Kerja dan Kehidupan: Pastikan Anda meluangkan waktu untuk diri sendiri dan melakukan kegiatan yang Anda nikmati di luar studi. Liburan, olahraga, hobi, dan kegiatan sosial dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental.
- Mempraktikkan Teknik Pengelolaan Stres: Teknik seperti meditasi, yoga, pernapasan dalam, atau latihan mindfulness dapat membantu Anda meredakan ketegangan dan meningkatkan ketenangan pikiran.
- Menentukan Prioritas: Buat daftar tugas dan prioritaskan tugas-tugas yang paling penting. Hindari menunda pekerjaan dan pecahlah tugas besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil agar lebih mudah dikelola.
- Menghindari Perfeksionisme: Pastikan untuk menetapkan tujuan yang realistis dan jangan terlalu keras pada diri sendiri. Ingat bahwa tidak ada yang sempurna, dan melakukan kesalahan adalah bagian dari proses belajar.
Solusi yang Ditawarkan oleh Kampus untuk Mendukung Mahasiswa Doktoral
Kampus memainkan peran penting dalam mendukung mahasiswa doktoral dan menjaga kesejahteraan mental mereka. Berikut beberapa solusi yang dapat diterapkan oleh kampus:
- Memberikan Akses yang Mudah Terhadap Fasilitas Kesehatan Mental: Kampus harus menyediakan layanan konseling dan terapi yang mudah diakses bagi mahasiswa doktoral.
- Meningkatkan Kesadaran tentang Kesehatan Mental: Kampus dapat mengadakan seminar dan lokakarya untuk membantu mahasiswa memahami pentingnya kesehatan mental dan cara mengelola stres.
- Mendorong Keseimbangan Kerja dan Kehidupan: Memberikan waktu istirahat dan liburan yang cukup, serta mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan rekreasi dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mental.
- Mempertimbangkan Ketahanan Mental dalam Seleksi Mahasiswa: Seleksi mahasiswa doktoral tidak hanya harus berdasarkan prestasi akademik, tetapi juga mempertimbangkan ketahanan mental mereka.
Kesimpulan
Tekanan akademik di program doktoral dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental mahasiswa. Dengan memahami faktor-faktor yang berkontribusi pada stres dan menerapkan strategi untuk mengelola tekanan, mahasiswa dapat menjaga kesejahteraan mental mereka selama masa studi. Kampus juga memiliki peran penting dalam menyediakan dukungan dan sumber daya yang diperlukan untuk membantu mahasiswa doktoral mengatasi tantangan dan meraih sukses dalam program mereka.
Ingatlah bahwa kesehatan mental merupakan hal yang penting. Jangan ragu untuk mencari bantuan jika Anda mengalami kesulitan. Kampus dan lingkungan sekitar harus mendukung mahasiswa doktoral dalam menjaga kesejahteraan mental mereka.