:strip_exif():quality(75)/medias/1397/771c2e733164ddb96dd5cd13cd1a3a48.jpeg)
Generasi Z dan Milenial, dua kelompok generasi yang diprediksi akan lebih rentan terhadap kemiskinan dibandingkan generasi lainnya. Alasannya? Kebiasaan belanja impulsif dan menunda menabung. Fenomena ini disebut "doom spending", sebuah perilaku finansial yang bisa mengancam masa depan finansial Anda.
Apa Itu "Doom Spending"?
"Doom spending" adalah kebiasaan berbelanja yang dipicu oleh perasaan pesimis tentang ekonomi dan masa depan. Generasi Z dan Milenial cenderung lebih banyak menghabiskan uang untuk barang mewah dan liburan daripada menabung. Mereka merasa perlu untuk memanjakan diri di tengah ketidakpastian ekonomi, meskipun hal ini bisa berdampak negatif pada kesejahteraan finansial mereka di masa depan.
Media Sosial Memicu "Doom Spending"
Ylva Baeckstrom, Dosen Senior Keuangan di King's Business School, menjelaskan bahwa "doom spending" merupakan perilaku yang tidak sehat. Menurutnya, paparan berita negatif di media sosial menjadi pemicu utama.
"Berita buruk di media sosial membuat mereka merasa seolah-olah kiamat akan terjadi," kata Baeckstrom. "Perasaan negatif ini kemudian diterjemahkan menjadi kebiasaan belanja yang buruk."
Paparan konten negatif di media sosial dapat memicu kecemasan dan ketidakpastian. Alih-alih fokus pada solusi dan langkah-langkah positif, banyak orang memilih untuk "menghilangkan" rasa tidak nyaman tersebut dengan berbelanja impulsif.
Generasi Pertama yang Lebih Miskin dari Orang Tuanya
Survei Keamanan Finansial Internasional Your Money CNBC menunjukkan bahwa hanya 36,5% orang dewasa di dunia yang merasa lebih baik secara finansial dibandingkan orang tua mereka. Sebaliknya, 42,8% lainnya merasa lebih buruk. Data ini diperoleh dari 4.342 orang dewasa di seluruh dunia.
"Generasi yang tumbuh sekarang adalah generasi pertama yang akan lebih miskin daripada orang tua mereka," tegas Baeckstrom. "Mereka merasakan bahwa mereka mungkin tidak akan pernah bisa mencapai apa yang orang tua mereka capai."
Perasaan tersebut bisa menjadi pemicu "doom spending". Mereka mungkin merasa terdorong untuk "menikmati" hidup sekarang karena masa depan terasa tidak pasti.
"Doom Spending": Ilusi Kontrol dalam Dunia yang Tak Terkendali
Belanja untuk hal-hal tidak penting menciptakan ilusi kontrol dalam dunia yang terasa tidak terkendali. Padahal, sebenarnya, perilaku ini justru membuat mereka kehilangan kendali di masa depan.
"Simpan dan investasikan uang Anda, Anda mungkin benar-benar bisa membeli rumah," ujar Baeckstrom.
"Doom spending" bisa menjadi cara untuk mengatasi perasaan tidak berdaya dan ketidakpastian. Namun, dalam jangka panjang, kebiasaan ini justru akan memperburuk situasi finansial dan memperkuat perasaan tidak berdaya.
Melarikan Diri dari Ketidakpuasan
Daivik Goel, seorang pendiri startup asal Silicon Valley, mengungkapkan bahwa kebiasaan borosnya berawal dari rasa tidak puas dengan pekerjaan dan tekanan dari teman sebayanya.
"Semua itu hanya perasaan ingin melarikan diri," kata Goel yang berusia 25 tahun. "Orang-orang menyadari bahwa menabung untuk membeli rumah akan memakan waktu yang sangat lama. Jadi, menghabiskan uang untuk barang lain menjadi pilihan."
Goel mengaku bahwa kebiasaan borosnya menghilang setelah ia menemukan kebahagiaan dalam pekerjaannya.
"Doom spending" bisa menjadi cara untuk mengalihkan perhatian dari ketidakpuasan dalam hidup. Namun, penting untuk mencari cara yang lebih sehat untuk mengatasi perasaan negatif, seperti dengan fokus pada pengembangan diri, membangun hubungan yang positif, atau mencari hobi yang bermanfaat.
Mengatasi "Doom Spending": Pahami Hubungan Anda dengan Uang
Baeckstrom menekankan pentingnya memahami hubungan kita dengan uang untuk mengatasi kebiasaan boros. Ia menyamakan hubungan dengan uang dengan hubungan kita dengan orang lain, yang dimulai sejak masa kanak-kanak dan membentuk berbagai jenis keterikatan.
"Jika Anda merasa memiliki keterikatan yang aman dengan uang, Anda dapat membuat penilaian yang baik terhadap sesuatu," kata Baeckstrom. "Namun, jika Anda merasa tidak aman, Anda cenderung tergoda untuk melakukan perilaku belanja yang tidak sehat."
Sikap kita terhadap uang dipengaruhi oleh bagaimana kita dibesarkan, seperti apakah kita kaya atau miskin, bagaimana keluarga kita mengelola uang, dan siapa yang mengendalikannya. Pemahaman terhadap pola pikir finansial kita bisa menjadi kunci untuk mengatasi "doom spending".
Tips Mengurangi Kebiasaan Belanja Impulsif
- Aktifkan Notifikasi Transaksi: Notifikasi transaksi pada ponsel bisa membuat kita lebih berhati-hati dalam berbelanja. Kita akan lebih sadar terhadap pengeluaran dan dapat lebih mudah mengontrol keinginan impulsif.
- Hindari Belanja Online: Belanja secara langsung di toko bisa mencegah kebiasaan belanja impulsif. Kita akan lebih mudah menahan diri karena harus melalui proses fisik, seperti berjalan ke toko dan memegang barang.
- Kembali Gunakan Uang Tunai: Metode pembayaran non-tunai bisa meningkatkan pengeluaran yang tidak perlu karena kemudahan dan kecepatannya. Menggunakan uang tunai membuat kita lebih sadar terhadap pengeluaran dan dapat membantu kita untuk lebih disiplin.
- Buat Transaksi Lebih Nyata: Samantha Rosenberg, pendiri dan COO platform pengembangan kekayaan, menyarankan untuk membuat transaksi lebih nyata dan sulit dilakukan. Contohnya, simpan uang tunai dalam tempat yang sulit diakses atau tulis daftar belanja sebelum berbelanja.
- Tingkatkan Literasi Keuangan: Kekurangan literasi keuangan bisa menjadi pemicu kebiasaan boros. Dengan memahami konsep dasar keuangan, seperti budgeting, menabung, dan investasi, kita dapat membuat keputusan finansial yang lebih bijak dan mengurangi keinginan untuk "doom spending".
Dengan memahami hubungan kita dengan uang, mengelola keuangan dengan bijak, dan menghindari "doom spending", generasi Z dan Milenial bisa membangun masa depan finansial yang lebih baik. Ingat, "doom spending" bisa menjadi jebakan finansial, tetapi dengan kesadaran dan strategi yang tepat, kita dapat keluar dari siklus tersebut dan mencapai tujuan finansial kita.