:strip_exif():quality(75)/medias/2667/fe33ae901caec7ec239b2072d8daa7be.jpeg)
Membangun keluarga bahagia adalah impian banyak orang. Menikah muda, dengan harapan segera memiliki anak-anak yang lucu, mungkin menjadi pilihan yang menarik. Namun, sebelum mengambil langkah ini, penting untuk memahami bahwa menikah muda tanpa persiapan matang bisa berujung pada risiko depresi, terutama bagi sang ibu.
Mengapa Menikah Muda Berisiko Depresi?
Psikolog Vania Susanto menjelaskan, menikah muda, apalagi langsung punya anak, bisa menghadirkan stres dan beban mental yang berat. Mengapa? Karena pasangan muda harus beradaptasi dengan kehidupan pernikahan dan peran baru sebagai orang tua.
"Ketika belum siap punya anak, tiba-tiba harus berhadapan dengan peran sebagai istri, ibu, dan pengelola rumah tangga," ungkap Vania. "Penyesuaian ini bisa memicu stres, bahkan depresi."
Tantangan Mental Menikah Muda: Baby Blues dan Post Partum Depression
Menjadi orang tua baru memang bukan perkara mudah. Bayi membutuhkan perhatian 24 jam nonstop, yang bisa membuat orang tua kelelahan fisik dan mental. Seringkali, beban mengasuh bayi ini tidak terbagi rata antara suami dan istri.
Parahnya, suami mungkin belum memahami perannya sebagai suami dan ayah baru.
"Suami belum tahu bagaimana mendukung istrinya dengan baik," lanjut Vania. "Akibatnya, banyak kasus Baby Blues dan Post Partum Depression muncul."
Dukungan Suami: Kunci Mencegah Depresi Pasca Melahirkan
Setelah melahirkan, seorang ibu membutuhkan dukungan penuh dari suaminya, mengingat dia masih dalam proses pemulihan dari kehamilan dan persalinan. Hormon yang tidak stabil juga membuatnya mudah emosional.
Sayangnya, suami yang masih muda dan belum siap menjadi ayah mungkin merasa bingung dan kesulitan menjalankan perannya. Hal ini membuat ibu merasa tidak mendapat dukungan dari suaminya, sehingga meningkatkan risiko depresi.
"Ibu merasa harus berjuang sendiri menjalankan peran barunya tanpa dukungan suaminya," tambah Vania.
Persiapan Mental Menikah Muda: Tips Membangun Fondasi Bahagia
Menikah muda bukan masalah, tetapi penting untuk mempersiapkan diri dengan matang, baik secara mental maupun finansial. Pastikan kamu dan pasanganmu sudah siap menghadapi tantangan dan tanggung jawab sebagai suami istri dan orang tua.
- Komunikasi Terbuka: Bicara jujur tentang harapan, mimpi, dan kekhawatiran masing-masing.
- Pemahaman Peran: Diskusikan peran masing-masing dalam rumah tangga dan pengasuhan anak.
- Dukungan Keluarga: Libatkan keluarga dalam persiapan pernikahan dan pengasuhan anak.
- Membangun Kemandirian: Pastikan kamu dan pasangan sudah memiliki kemandirian finansial dan emosional.
- Siap Menghadapi Tantangan: Menikah muda akan menghadirkan tantangan baru, siapkan diri untuk belajar dan beradaptasi.
- Konsultasi Profesional: Jika merasa kesulitan menghadapi tantangan mental, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog.
Ingat, menikah muda bukanlah tentang mencapai mimpi dengan cepat, tetapi tentang membangun fondasi yang kokoh untuk kebahagiaan bersama.