Kuntilanak: Mengapa Sering Digambarkan Sebagai Perempuan? - Mitos & Budaya Indonesia

Kamis, 13 Februari 2025 16:04

Kenapa kuntilanak selalu digambarkan sebagai perempuan? Artikel ini mengungkap mitos, sejarah, dan pengaruh budaya Indonesia dalam membentuk citra hantu perempuan ini. Jelajahi hubungan kuntilanak dengan peran perempuan dalam dunia roh dan kepercayaan lokal.

illustration kuntilanak, mitos, perempuan, roh, budaya indonesia Illustration kuntilanak

Kisah kuntilanak, makhluk halus yang digambarkan sebagai perempuan dengan rambut panjang terurai dan baju putih, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Cerita tentang kuntilanak beredar luas melalui cerita rakyat, film, dan berbagai kisah horor lainnya. Mitos ini mencengkeram imajinasi kita dengan gambaran yang mengerikan, tetapi di baliknya tersembunyi pertanyaan mendasar: Mengapa kuntilanak selalu dikaitkan dengan sosok perempuan? Apakah ada penjelasan ilmiahnya?

Peran Perempuan sebagai Penghubung Dunia Manusia dan Roh

Para ahli sejarah dan antropolog mengungkapkan bahwa penggambaran kuntilanak sebagai perempuan erat kaitannya dengan peranan perempuan sebagai penghubung dunia manusia dengan dunia roh di masa lalu. Dalam masyarakat tradisional Indonesia, perempuan memiliki peran penting dalam ritual dan kepercayaan spiritual. Mereka dianggap memiliki kekuatan spiritual yang lebih kuat, seperti kemampuan menstruasi dan kemampuan berkomunikasi dengan alam gaib.

Antropolog Timo Duile dalam studinya "Kuntilanak Ghost Narratives and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia" menghubungkan cerita kuntilanak dengan berdirinya Kota Pontianak. Di awal abad ke-18, Syarif Abdurrahim, bangsawan keturunan Arab, tiba di daerah yang kini menjadi Pontianak. Dia ditugaskan untuk membangun benteng melawan para perompak yang bermarkas di delta Sungai Kapuas. Namun, daerah tersebut masih berupa hutan lebat dan rawa-rawa.

Asal Usul Nama "Pontianak" dan Hantu Kuntilanak

Beberapa sumber menyebutkan nama "Pontianak" berasal dari bahasa Melayu "pon ti", yang berarti pohon tinggi. Pohon tinggi di pedesaan Kalimantan Barat sering dikaitkan dengan keberadaan arwah.

Ada pula yang menghubungkan nama Pontianak dengan hantu kuntilanak. Sebuah buku tentang sejarah Pontianak menyebutkan bahwa rombongan Syarif Abdurrahim mengalami gangguan dan suara menakutkan saat tiba di daerah tersebut. Gangguan ini dianggap sebagai hantu kuntilanak yang membuat takut orang-orang di atas perahu.

Monsterisasi Perempuan dan Monoteisme

Nadya Karima Melati, aktivis perempuan, dalam tulisannya "Monsterisasi Perempuan dan Monoteisme: Sebuah Perspektif Longue Duree" di Jurnal Perempuan, menjelaskan bahwa penggambaran perempuan sebagai sosok menyeramkan tak lepas dari kepercayaan masa lalu. Ia mengutip pendapat antropolog Jeannette Marie Maego dan Alan Howard, yang menyatakan bahwa meskipun monoteisme muncul, peran roh dalam masyarakat tidak sepenuhnya hilang.

Dalam kepercayaan lokal sebelum munculnya agama monoteis, roh dianggap sebagai makhluk hidup yang dapat berkomunikasi dengan manusia. Perempuan berperan sebagai penghubung antara dunia manusia dan dunia roh. Hal ini disebabkan karena perempuan dianggap memiliki kekuatan spiritual, seperti kemampuan menstruasi atau memiliki identitas harmonis, seperti bissu (rohaniawan).

Pengaruh Monoteisme dan Pergeseran Peran Perempuan

Kehadiran agama monoteisme seperti Islam dan Kristen membawa konsep ketuhanan yang "maskulin", yang menggeser dan bahkan menghancurkan kepercayaan lokal tentang roh dan alam. Monoteisme menolak keberadaan makhluk spiritual selain Tuhan. Roh yang sebelumnya setara dengan manusia kemudian dianggap sebagai hantu atau monster.

Upacara-upacara yang menggunakan metode komunikasi dengan roh kemudian diinterpretasi sebagai "kesurupan". Peran perempuan sebagai perantara roh berubah menjadi dukun atau penyihir, karena mereka dianggap mampu berkomunikasi dan memerintahkan roh.

Kesimpulan: Mengapa Kuntilanak Selalu Perempuan?

Perubahan ini mengakibatkan perempuan dianggap sebagai sosok yang lemah dan mudah dirasuki oleh roh jahat, atau bahkan dianggap memiliki wujud seperti roh jahat. Hal inilah yang mungkin menjadi alasan mengapa kuntilanak, sebagai representasi roh jahat, sering digambarkan sebagai sosok perempuan.

Meskipun mitos kuntilanak merupakan cerminan dari budaya dan kepercayaan masa lalu, penting untuk memahami bahwa penggambaran perempuan sebagai sosok menyeramkan dan jahat hanya merupakan konstruksi sosial. Peran perempuan sebagai penghubung dunia manusia dan roh, yang dulunya dianggap sakral, kini diinterpretasi secara negatif dalam konteks kepercayaan baru. Mitos kuntilanak menjadi pengingat akan kompleksitas budaya dan bagaimana kepercayaan masa lalu memengaruhi persepsi kita tentang perempuan dan dunia spiritual.

Artikel terkait

Bawang Putih untuk Jerawat: Mitos atau Fakta? 🤔
Mitos Air Galon dan Infertilitas: Benarkah Menyebabkan Kemandulan?
Paru-paru Basah (Pneumonia): Mitos vs Fakta - Benarkah Kipas & Mandi Malam Berbahaya?
Hipnoparenting: Cocok untuk Semua Anak? Ketahui Cara Kerja & Jenis Anak yang Sesuai
Rahasia Warna Pakaian untuk Kulitmu: Panduan Lengkap!
7 Kebiasaan Sederhana untuk Awet Muda & Tampil Lebih Muda
Bahaya Jepit Rambut Saat Berkendara: Risiko Cedera Kepala & Cara Mencegahnya
Membedakan Madu Asli: 5 Cara Mudah & Akurat
Jadwal Potong Rambut: Panduan Lengkap
Lotek vs Pecel: Apa Bedanya? [Panduan Lengkap]
Menikah Muda: Tantangan & Risiko yang Sering Terlupakan
Susah Tidur? Terbangun Tengah Malam? Tenang, Ini Tipsnya!