:strip_exif():quality(75)/medias/319/c24bf4ac907bf32e82bc71deef0ce659.jpeg)
Membesarkan anak bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan fisik mereka, tetapi juga tentang menjaga kesehatan mental mereka. Kata-kata yang kita ucapkan kepada anak memiliki pengaruh yang kuat pada perkembangan mereka. Anak-anak yang sehat secara mental merasa dicintai, aman, dan bahagia. Mereka memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri dan mampu menghadapi tantangan hidup dengan baik.
Saat berinteraksi dengan anak bungsu, ada beberapa kata yang sebaiknya dihindari agar tidak berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Kata-kata ini dapat membuat anak merasa tidak berharga, tidak dicintai, dan tidak mampu. Berikut adalah beberapa contohnya:
1. "Kamu Tidak Boleh Marah"
Memarahi anak karena marah dapat membuat mereka merasa tidak aman dan diabaikan. Anak-anak perlu belajar bahwa emosi, termasuk kemarahan, adalah hal yang normal dan perlu diungkapkan dengan cara yang sehat. Sebaliknya, ajarkan anak untuk mengelola emosi mereka dengan cara yang konstruktif. Misalnya, ajarkan mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata, atau melakukan aktivitas yang membantu mereka melepaskan ketegangan.
2. "Sudahlah"
Saat anak bungsu menolak melakukan tugas, orang tua cenderung mengambil alih pekerjaan tersebut dengan mengatakan "Sudahlah". Hal ini mengajarkan anak bahwa orang tua tidak memiliki harapan besar terhadap mereka. Anak perlu mengalami frustrasi untuk belajar menguasai situasi dan membangun toleransi terhadap tantangan hidup. Sebaiknya dorong anak untuk menyelesaikan tugasnya sendiri, meskipun mungkin membutuhkan waktu dan usaha lebih. Berikan mereka dukungan dan bimbingan yang mereka butuhkan.
3. "Berhentilah Menangis, Kamu Seperti Bayi"
Menyuruh anak bungsu untuk berhenti menangis dapat menghalangi mereka dalam mengekspresikan emosi dengan bebas. Anak-anak perlu merasa aman untuk berbagi perasaan mereka, terutama di lingkungan keluarga. Menekan emosi mereka dapat berdampak negatif pada perkembangan mental mereka di masa depan. Sebaliknya, ajarkan anak untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang sehat. Dengarkan dengan empati dan bantu mereka untuk memahami perasaan mereka.
4. "Kamu Harus Bisa Lebih dari Kakakmu"
Perbandingan langsung antara saudara kandung dapat memicu persaingan dan menanamkan perasaan tidak mampu pada anak bungsu. Hal ini dapat merusak hubungan mereka dengan saudara kandung dan menimbulkan rasa malu atau dendam. Sebaiknya fokuslah pada perkembangan individu setiap anak. Apresiasi keunikan dan bakat mereka masing-masing, dan dorong mereka untuk saling mendukung.
5. "Anak Bayi/Baby"
Kata ini secara konsisten memperkuat status anak sebagai bayi dalam keluarga, yang dapat membuat mereka merasa tidak memiliki tanggung jawab dan ekspektasi yang sama seperti saudara kandungnya. Hal ini dapat berdampak negatif pada konsep diri anak. Sebaiknya panggil anak dengan nama mereka dan berikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keluarga sesuai dengan usia dan kemampuan mereka.
Tips Membangun Komunikasi Positif dengan Anak Bungsu
- Gunakan bahasa yang positif dan mendukung. Hindari kata-kata yang mengkritik, mengejek, atau merendahkan.
- Berikan pujian dan pengakuan atas usaha dan pencapaian anak. Ini membantu membangun kepercayaan diri dan memotivasi mereka.
- Tetapkan batasan yang jelas dan konsisten. Ini membantu anak merasa aman dan terlindungi.
- Berikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pendapat dan perasaan mereka. Dengarkan dengan empati dan berikan dukungan.
- Ajarkan anak untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat. Ini membantu mereka membangun keterampilan sosial dan emosional.
Ingatlah, setiap kata yang diucapkan kepada anak memiliki dampak jangka panjang pada perkembangan mereka. Pilihlah kata-kata dengan bijak dan selalu pertimbangkan dampaknya pada kesehatan mental dan kesejahteraan anak Anda. Membangun hubungan yang positif dan penuh kasih sayang dengan anak bungsu adalah investasi yang berharga untuk masa depan mereka.