:strip_exif():quality(75)/medias/738/a182d65c95251aef860cc6d13f7edabb.jpeg)
Masa pubertas adalah fase di mana anak mengalami banyak perubahan fisik dan emosional, termasuk ketertarikan terhadap lawan jenis. Saat anak mulai merasakan ketertarikan ini dan berusaha mendekati lawan jenis, orangtua mungkin merasa penasaran dan ingin mengetahui lebih banyak. Namun, seringkali anak merasa malu untuk berbagi, sehingga beberapa orangtua memilih untuk memeriksa ponsel anak, termasuk pesan dan media sosialnya.
Apakah Memeriksa Ponsel Anak Termasuk Overprotektif?
Pertanyaan ini sering muncul di benak para orangtua. Menurut Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Rosdiana Setyaningrum, semuanya tergantung pada niat orangtua saat melihat isi ponsel anak.
"Sebenarnya, kita bisa tahu apakah kita bersikap overprotektif atau tidak," ujar Rosdiana. Orangtua seringkali menyadari jika mereka merasa cemas berlebihan atau berpikir bahwa anaknya tidak boleh mengalami masalah, meskipun kadang mereka enggan mengakuinya. "Kadang, saat anak sedang naksir, orangtua melihat ponsel anak hanya untuk berdiskusi," jelas Rosdiana. Mereka ingin memahami siapa yang disukai anak dan alasan di baliknya.
Membedakan Rasa Lindung dan Overprotektif
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terkait sikap orangtua:
- Membangun Kepercayaan: Orangtua sebaiknya membangun kepercayaan dengan anak agar mereka merasa nyaman untuk berbagi perasaan dan pengalaman.
- Berbincang dengan Anak: Orangtua dapat memeriksa ponsel anak untuk berdiskusi dan memahami dunia mereka, tanpa niat mencampuri urusan pribadi.
- Rasa Lindungan yang Wajar: Rasa ingin melindungi anak adalah hal yang wajar, tetapi harus disampaikan dengan cara yang tidak berlebihan.
- Menghindari Overproteksi: Jika orangtua merasa khawatir berlebihan dan melarang anak berhubungan dengan lawan jenis, itu bisa dianggap sebagai sikap overprotektif.
Rosdiana menekankan bahwa melindungi anak adalah naluri orangtua, namun penting untuk memastikan niat baik tersebut tidak berlebihan. "Melindungi itu wajar, tetapi menjadi tidak wajar jika dilakukan secara berlebihan," tutupnya.
Tips Menghadapi Masa Pubertas Anak dengan Sehat
Dengan memahami batasan ini, orangtua dapat mendukung perkembangan anak dengan cara yang sehat dan positif. Berikut beberapa tips:
- Komunikasi Terbuka: Ciptakan suasana di mana anak merasa nyaman untuk berbagi perasaan dan masalahnya. Dengarkan dengan empati dan berikan dukungan tanpa menghakimi.
- Berikan Ruang: Biarkan anak mengeksplorasi dunia mereka, termasuk pergaulan dengan teman sebaya. Tetapkan batasan yang jelas dan beri tahu anak mengapa batasan tersebut penting.
- Ajarkan Keterampilan Sosial: Bantu anak mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bernegosiasi, dan menyelesaikan konflik dengan baik. Hal ini akan membantu mereka dalam berinteraksi dengan orang lain, termasuk lawan jenis.
- Berikan Contoh yang Baik: Orangtua adalah panutan bagi anak. Tunjukkan sikap yang sehat dalam menjalin hubungan dengan orang lain, termasuk pasangan.
- Cari Bantuan Profesional: Jika Anda merasa kesulitan dalam menghadapi perilaku anak atau kesulitan dalam membangun komunikasi yang sehat, jangan ragu untuk mencari bantuan dari psikolog anak.
Masa pubertas adalah fase penting dalam kehidupan anak. Dengan memahami batasan antara melindungi dan overprotektif, orangtua dapat mendukung perkembangan anak secara positif dan sehat.