Budaya Kerja Keras Jepang: Karoshi & Dampak pada Kesehatan

Sabtu, 9 November 2024 20:13

Budaya kerja Jepang terkenal dengan jam kerja panjang & tekanan tinggi. Artikel ini membahas fenomena 'karoshi' (kematian akibat kerja), dampaknya pada kesehatan mental & fisik karyawan, dan upaya mengatasi masalah ini.

illustration budaya kerja jepang, karoshi, jam kerja panjang, stres kerja, kesehatan mental, kesehatan fisik © copyright cottonbro studio - Pexels

Jepang dikenal dengan budaya kerja yang sangat intens, dengan jam kerja panjang dan tekanan tinggi dari atasan. Budaya ini memiliki dampak besar pada kesehatan karyawan, baik fisik maupun mental. Fenomena 'karoshi', atau kematian akibat kelebihan beban kerja, menjadi bukti nyata dari bahaya budaya kerja ini.

Karoshi: Kematian Akibat Kelebihan Beban Kerja

Stres akibat pekerjaan di Jepang dapat berakibat fatal. Data dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan menunjukkan bahwa sebanyak 54 pekerja meninggal karena masalah otak dan jantung terkait pekerjaan pada tahun 2022. Meskipun angka ini menurun dari 160 kematian dua dekade lalu, klaim terkait tekanan mental di tempat kerja meningkat pesat, dari 341 menjadi 2.683 dalam periode yang sama.

Beberapa kasus tragis menunjukkan dampak buruk dari budaya kerja keras di Jepang. Seorang reporter politik berusia 31 tahun dari NHK meninggal pada tahun 2017 akibat gagal jantung setelah bekerja lembur hingga 159 jam dalam sebulan. Lima tahun kemudian, seorang dokter berusia 26 tahun di Kobe juga meninggal karena bunuh diri setelah lembur lebih dari 200 jam dalam sebulan.

Dampak pada Kesehatan Mental dan Fisik

Jam kerja standar di Jepang biasanya dimulai dari pukul 9 pagi hingga 9 malam, dengan banyak karyawan baru meninggalkan kantor sekitar pukul 11 malam. Seorang karyawan bernama samaran Watanabe mengungkapkan bahwa tekanan pekerjaan membuatnya mengalami masalah kesehatan, seperti getaran di kaki dan gangguan pencernaan.

Tekanan kerja tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental. Stres, kelelahan, dan gangguan tidur menjadi masalah umum di kalangan pekerja Jepang. Kondisi ini dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan bahkan bunuh diri.

Tantangan dalam Mengundurkan Diri

Watanabe ingin mengundurkan diri, namun proses pengunduran diri dianggap tidak sopan di Jepang. Banyak pekerja bertahan di satu perusahaan selama puluhan tahun, bahkan dalam kondisi kerja yang menekan. Dalam kasus ekstrem, ada atasan yang merobek surat pengunduran diri dan memaksa karyawan untuk tetap bekerja.

Solusi: Perusahaan Konsultan Pengunduran Diri

Munculnya perusahaan konsultan yang membantu karyawan resign menjadi bukti kesulitan yang dihadapi pekerja Jepang dalam meninggalkan pekerjaan. Shiori Kawamata, manajer operasi Momuri, menyatakan bahwa tahun lalu mereka menerima hingga 11.000 pertanyaan dari klien.

Momuri, yang berarti "Saya tidak tahan lagi" dalam bahasa Jepang, didirikan pada tahun 2022 dan berlokasi di Minato, salah satu distrik bisnis tersibuk di Tokyo. Dengan biaya $220, perusahaan ini menawarkan bantuan untuk mengajukan pengunduran diri, bernegosiasi dengan perusahaan, dan memberikan rekomendasi pengacara jika terjadi sengketa hukum.

Upaya Mengatasi Masalah

Budaya kerja yang intens di Jepang telah menjadi sorotan, dengan tekanan tinggi yang berdampak pada kesehatan mental dan fisik karyawan. Meskipun ada upaya untuk mengurangi jam kerja dan meningkatkan kesejahteraan karyawan, masih banyak yang berjuang untuk keluar dari siklus tekanan dan kewajiban di tempat kerja.

Pemerintah Jepang telah menerapkan beberapa kebijakan untuk mengurangi jam kerja dan meningkatkan kesejahteraan karyawan. Misalnya, pada tahun 2019, pemerintah Jepang mengeluarkan peraturan yang mewajibkan perusahaan untuk melacak jam kerja karyawan dan memberikan waktu istirahat yang cukup. Namun, masih banyak perusahaan yang tidak mematuhi peraturan ini, dan budaya kerja keras di Jepang masih tetap kuat.

Peningkatan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental dan fisik di tempat kerja juga menjadi upaya penting untuk mengatasi masalah ini. Perusahaan-perusahaan di Jepang mulai memberikan program pelatihan tentang manajemen stres dan kesejahteraan karyawan. Namun, perubahan budaya kerja yang mendalam membutuhkan waktu dan upaya yang konsisten dari semua pihak.

Artikel terkait

Depresi Menular? Studi Tikus Ungkap Fakta Menarik
Hubungan Toxic: Kenali Tanda & Cara Lepas dari Racunnya
Sindrom Hilangnya Kekuasaan: Perasaan Tak Berdaya pada Lansia
Panduan Lengkap Merawat Diri: Tips Mudah untuk Gaya Hidup Sehat
Kesehatan Mental: Mengatasi Stigma & Tips Merawat Diri
Kopi & Depresi: Bisakah Kopi Bantu Meredakan Gejala?
Trauma Karena Ibu: Panduan Penyembuhan & Dukungan yang Dibutuhkan
WFH: Baik untuk Kesehatan Mental atau Justru Sebaliknya?
Kesehatan Mental Generasi Z di Tempat Kerja: Tantangan & Solusi
Manfaat Meditasi: Menuju Ketenangan & Kesehatan Lebih Baik
Mencegah Bunuh Diri: Cara Tepat Bantu Teman yang Ingin Bunuh Diri
Kesehatan Mental Remaja: Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Fokus pada YMHC