:strip_exif():quality(75)/medias/6857/31ecf4974d24feb43350f87416289118.jpeg)
Setiap anak memiliki karakter yang unik. Ada yang lembut, ada pula yang keras kepala. Watak keras pada anak sering kali dikaitkan dengan kepribadian yang kuat, namun di baliknya terkadang ada kesulitan dalam menerima perbedaan.
Pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah watak keras pada anak disebabkan oleh pola asuh yang kurang tepat? Psikolog klinis, Fitri Jayanthi, M.Psi. menjelaskan bahwa pola asuh memang memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak, termasuk watak keras.
Apa Itu Watak Keras Pada Anak?
Watak keras dikaitkan dengan kepribadian yang kuat dalam pikiran, sudut pandang, kepercayaan, prinsip, dan tindakan. Artinya, anak berwatak keras cenderung memegang teguh keyakinan mereka dan menggunakannya sebagai pedoman hidup.
Namun, watak keras bisa menjadi tantangan jika tidak diimbangi dengan fleksibilitas dan kemampuan menerima perbedaan. Anak berwatak keras mungkin sulit menerima kritik, mudah tersinggung, dan sulit berkompromi.
Pola Asuh dan Watak Keras Anak
Bagaimana pola asuh dapat memengaruhi watak keras pada anak?
1. Kurangnya Pengakuan dan Pujian
Anak yang kurang mendapatkan pengakuan atau pujian dari orang tua cenderung merasa harus terus berusaha untuk mendapatkannya. Kegigihan ini memang positif karena membuat anak tidak mudah menyerah. Namun, tanpa pengakuan yang cukup, mereka bisa merasa bahwa usaha mereka tidak pernah cukup. Hal ini bisa menyebabkan konflik dengan orang lain, terutama ketika orang tersebut menilai usaha mereka sudah cukup baik.
Orang tua perlu memberikan pengakuan dan pujian yang tulus kepada anak, baik untuk prestasi maupun usaha mereka. Penting untuk mengajarkan anak bahwa usaha dan proses adalah hal yang penting, bukan hanya hasil akhir.
2. Gaya Asuh Otoriter
Gaya asuh otoriter cenderung menitikberatkan pada aturan dan hukuman, tanpa memberikan ruang bagi anak untuk mengeksplorasi pendapatnya sendiri. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan seperti ini mungkin akan tumbuh dengan watak keras dan sulit menerima pendapat orang lain.
Sebaliknya, gaya asuh yang demokratis memberikan kesempatan bagi anak untuk berpendapat dan terlibat dalam pengambilan keputusan. Hal ini membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan menerima pendapat yang berbeda.
3. Kurangnya Kebebasan Bereksperimen
Anak yang selalu dibatasi dan diawasi mungkin akan sulit mengembangkan rasa percaya diri dan kemandirian. Mereka mungkin akan cenderung takut mengambil risiko dan takut gagal.
Orang tua perlu memberikan ruang bagi anak untuk bereksperimen dan belajar dari kesalahan. Penting untuk mengajarkan anak bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar dan tumbuh.
Membantu Anak Berwatak Keras
Apabila Anda memiliki anak dengan watak keras, berikut beberapa tips yang dapat membantu:
- Berikan contoh yang baik: Anak belajar banyak dari orang tua. Jadilah model yang baik dalam menerima perbedaan pendapat, menyelesaikan konflik dengan damai, dan menunjukkan empati kepada orang lain.
- Dorong anak untuk berpikir kritis: Ajukan pertanyaan terbuka dan ajarkan anak untuk menganalisis informasi dari berbagai sudut pandang.
- Ajarkan pentingnya toleransi: Jelaskan kepada anak bahwa setiap orang memiliki hak untuk memiliki pendapat yang berbeda, dan penting untuk menghormati perbedaan tersebut.
- Berikan ruang untuk bereksplorasi: Izinkan anak untuk mencoba hal baru dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.
- Latih komunikasi yang efektif: Ajarkan anak untuk mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan sopan dan santun.
- Perkuat rasa percaya diri: Berikan pujian dan pengakuan yang tulus atas usaha dan prestasi anak, dan bantu mereka mengembangkan rasa percaya diri.
Ingat, membentuk karakter anak membutuhkan waktu dan kesabaran. Dengan pola asuh yang tepat dan dukungan yang konsisten, anak dapat berkembang menjadi individu yang berwatak kuat, fleksibel, dan berempati.