Pola Asuh Kasar Rusak Otak Anak: Studi Terbaru

Sabtu, 14 Desember 2024 11:56

Studi terbaru menunjukkan pola asuh kasar berdampak buruk pada perkembangan otak anak. Paparan berulang terhadap kekerasan verbal dan fisik dapat menyebabkan perubahan struktur otak yang signifikan. Temukan fakta dan rekomendasi untuk pola asuh positif.

illustration pola asuh kasar, perkembangan otak, anak, studi © copyright Agung Pandit Wiguna - Pexels

Sebuah studi terbaru mengungkap fakta mengejutkan tentang dampak buruk pola asuh kasar terhadap perkembangan otak anak. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Development and Psychology ini menunjukkan bahwa remaja yang mengalami pola asuh kasar secara berulang memiliki struktur otak yang lebih kecil dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalaminya.

Studi yang Mengungkap Fakta Mengerikan

Penelitian ini dipimpin oleh Sabrina Suffren, PhD, dari Université de Montréal dan CHU Sainte Justine Research Centre. Tim peneliti menemukan bahwa pola asuh kasar, seperti berteriak, memukul, mengguncang, atau membentak anak secara berulang, dikaitkan dengan ukuran otak yang lebih kecil pada remaja.

“Implikasinya melampaui perubahan pada otak,” kata Suffren. “Penting bagi orang tua dan masyarakat untuk memahami bahwa penggunaan praktik pola asuh kasar secara teratur dapat membahayakan perkembangan anak.”

Dampak Jangka Panjang Pola Asuh Kasar

Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami kekerasan berat, seperti pelecehan seksual, fisik, dan emosional, memiliki risiko lebih tinggi mengalami kecemasan dan depresi di kemudian hari. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami kekerasan berat memiliki korteks prefrontal dan amigdala yang lebih kecil, dua struktur otak yang berperan penting dalam pengaturan emosi.

Studi terbaru ini menunjukkan bahwa bahkan praktik pengasuhan yang kasar yang tidak mencapai tingkat kekerasan serius dapat berdampak negatif pada perkembangan otak. “Ini adalah pertama kalinya praktik pengasuhan anak yang kasar yang tidak sampai pada pelecehan serius dikaitkan dengan penurunan ukuran struktur otak,” kata Suffren. “Kami telah melihat hal yang sama pada korban kekerasan serius, tetapi sekarang kami tahu bahwa praktik pola asuh kasar juga dapat memengaruhi struktur otak anak-anak.”

Metode Penelitian dan Temuan Utama

Data untuk penelitian ini dikumpulkan dari anak-anak yang telah dipantau sejak lahir di CHU Saint-Justine pada awal tahun 2000-an. Data tersebut dikumpulkan oleh Unit Penelitian tentang Maladjustment Psikososial Anak (GRIP) Université de Montréal dan Institut Statistik Quebec. Praktik pengasuhan dan tingkat kecemasan anak-anak dievaluasi setiap tahun dari usia 2 hingga 9 tahun.

Data ini kemudian digunakan untuk membagi anak-anak ke dalam kelompok berdasarkan paparan mereka (rendah atau tinggi) terhadap praktik pola asuh kasar yang terus-menerus. “Penting untuk dicatat bahwa anak-anak ini terus-menerus menjadi sasaran praktik pola asuh kasar antara usia 2 dan 9 tahun,” kata Suffren. “Perbedaan dalam otak mereka terkait dengan paparan berulang terhadap praktik pola asuh kasar selama masa kanak-kanak.”

Studi ini adalah yang pertama mencoba mengidentifikasi hubungan antara praktik pola asuh kasar, kecemasan anak-anak, dan anatomi otak mereka. Temuan ini memberikan bukti tambahan tentang pentingnya pola asuh yang positif dan mendukung untuk perkembangan otak anak yang sehat.

Rekomendasi untuk Pola Asuh Positif

Berikut beberapa hal penting yang dapat diambil dari penelitian ini:

  1. Pola asuh yang kasar dapat memengaruhi perkembangan otak anak. Meskipun tidak selalu mencapai tingkat kekerasan serius, pola asuh kasar dapat berdampak negatif pada struktur otak anak-anak.
  2. Paparan berulang terhadap pola asuh kasar dapat menyebabkan perubahan struktural di otak. Semakin sering anak-anak mengalami pola asuh kasar, semakin besar dampaknya pada perkembangan otak mereka.
  3. Pola asuh yang positif sangat penting untuk perkembangan anak yang sehat. Orang tua dan pengasuh berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk anak-anak agar dapat berkembang secara optimal.
  4. Penting untuk mencari bantuan jika Anda mengalami kesulitan dalam mengasuh anak. Jika Anda merasa kesulitan mengelola emosi Anda atau kesulitan dalam menerapkan pola asuh yang positif, jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional seperti konselor atau terapis.
  5. Meningkatkan kesadaran tentang dampak buruk pola asuh kasar dapat membantu menciptakan perubahan positif. Dengan memahami dampak jangka panjang dari pola asuh kasar, kita dapat bekerja bersama untuk menciptakan lingkungan pengasuhan yang lebih positif dan mendukung bagi anak-anak.

Catatan: Studi ini menunjukkan hubungan antara pola asuh kasar dan perkembangan otak, tetapi tidak membuktikan bahwa pola asuh kasar adalah satu-satunya penyebab perubahan struktur otak. Faktor-faktor lain seperti genetika dan lingkungan juga dapat memainkan peran.

Dengan memahami dampak buruk pola asuh kasar terhadap perkembangan otak anak, kita dapat berperan aktif dalam menciptakan lingkungan pengasuhan yang lebih positif dan mendukung untuk generasi masa depan.

Artikel terkait

Skizofrenia: Deteksi Dini & Pengobatan
Silent Walking: Tren Baru untuk Kesehatan Mental & Kesadaran Diri
Tips Jaga Kesehatan Mental di Kerja: Prioritaskan Diri Sendiri
Waspada Merkuri dalam Ikan: Panduan Aman untuk Ibu Hamil & Anak
7 Buah Ajaib untuk Tingkatkan Kecerdasan Anak
Watak Keras Anak: Benarkah Pola Asuh yang Salah Penyebabnya?
Redakan Stres dengan 5 Makanan Penghilang Rasa Cemas
Kesehatan Mental Remaja: Masalah Terabaikan di Indonesia
Kecanduan Alkohol: Penyakit Serius yang Membutuhkan Perhatian
Kesehatan Mental Lansia: Tips Komunikasi & Perhatian
Jangan Takut-Takutkan Anak: Dampak Buruk untuk Perkembangan Emosional
Ngantuk Terus Padahal Sudah Tidur Cukup? 10 Penyebab Serius Ini Harus Diwaspadai!